Jumat, 25 Maret 2011

KOMPOS



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan
Banyak orang keliru menilai bahwa kompos dikatakan baik karena memiliki unsure hara NPK yang tinggi. Padahal kadar unsure hara pada kompos adalah terendah dibandingkan dengan pupuk kimia. Di sisi lain, banyak jga orang keliru dan beranggapan bahwa pupuk kimia dapat menggantikan kedudukan pupuk organic atau kompos. Semila banyak orang mengandung pertanian tulen. Yaitu mengandung pertanian yang taat kepada penggunaan pupuk organic. Bahan pupuk berupa kotoran sapi, kotoran ayam, dan aneka bahan organic sejenisnya yang di jadikan bahan sebagai input untuk tanaman pertaniannya. Ketika diperkenalkan pupuk kimia, mereka berhaluan meninggalkan pupuk kompos atau pupuk organic tersebut dan menggunakan pupuk kimia. Dalam kurun waktu tertentu, hasil panen mereka memang lebih baik dan meningkat cukup tajam. Bahkan banyak dari mereka beranggapan bahwa semakin banyak pupuk kima yang diberikan maka hasilnya akan menjadi lebih banyak. Akibatnya para petani ini cenderung berlebuhihan menggunakan pupuk kimia. ( Yuwono, Dipo.2006)

1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengamati tingkat dekomposisi mikroorganisme pembantu dekomposisi dalam pembuatan kompos.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pemberian pupuk kimia yang berlebihan akan mengakibatkan tanah akan mengalami kerusakan seperti terjadinya degradasi tanah/ penurunan nilai kesuburan tanah. (muktamar .2006). Disamping itu pada pemberian pupuk yang berlebihan ini juga dapat mengakibatkan terjadinya penguapan ammonia yang akan menyebabkan hujan asam apabila menguap ke udara. Disaming itu apabila mengendap kedalam tanah akan mengakibatkan pengendapan unsure kimia yang mengakibatkan air tanah menjadi tercemar dan akan berdampak pada kesehatan manusia yang meminumnya. Apabila ibu hamil yang meminumnya maka akan mengakibatkan cacatnya bayi yang akan di lahirkan atau mengakibatkan meninggalnya bayi dalam kandungan. (Usman,  2007).
Trichoderma sp merupakan salah satu dari seian banyak jamur yang memanfaatkan selulosa sebagai sumber karbon dan energi untuk kebutuhan hidupnya (Martin, 1977). Pengendalian biologi yang berprinsip pada kesaimbangan alami akhir-akhir ini mulai diutamakan terutama agar pencemaran lingkungan akibat residu fungisida dapat dihindari. Selain itu pengendalian biologi ini dapat menekan pertumbuhan patogen dalam waktu yang relatif lama (sustainable).(Bekti, 1988). Menurut Baker dan Look 1974 pengendalian biologi terhadap patogen dapat dilakukan diantaranya dengan menggunakan agen antagonis  seperti triccoderma.
Jamur Tricohoderma sp termasuk dalam difisio amastigomycota, sub klass divisio deuteromycotina, klas deuteromicetes, sub klas hypomycetidae, ordo moniliales, dan famili moniliaceae. Pada media gara jamur ini akan membentuk koloni berwarna putih kekuningan atau kehijauan, koniiofornia bercabang dan pada ujung-ujung cabang timbuh sel-sel menyerupai botol berbentuk tunggl atau berkelompok (Alexopoulus, dan Mims, 1979)
Menurut Trinci 1969 dalam Baker dan Cook(1974) jamur trichoderma merupakan salah satu agen antagonis beberapa patogen dan dapat tumbuh cepat dalam substrat organik, media kering, kondisi asam, dam bertekstur  kuarsa. Sisi lain dari trichoderma adalah kemampuannya merombak substrat seperti asam amino untuk dapat dimanfaatkan oleh mikroorganisme lain atau tanaman.
 Pertumbuhan dan sporulasi gliokladium dipengaruhi oleh lingkungan. Gliocladium dapat tumbuh baik bila keadaan lingkungan menguntungkan. Temperatur optimum untuk pertumbuhan dan sporulasi G. Vinens berkisar antara 25 - 32 oC. Pertumbuhan cendawan gliocladium juga dipengaruhi oleh kemasaman media tumbuhnya. G. Vinens dikenal sebagai mikoparasit. Cendawan ini mampu memproduksi gliotoksin dan viridin yang bersifat fungi statik ( Denis,C.and J. Webster 1971. antagonistic propertis of spesies groups of trichoderma. Trans. Br. Micol.soc. 57 (1):25-39
Dengan mulai bermunculannya kesadaran warga untuk tidak lagi membuang sampah dari rumah begitu saja, pembuatan kompos menjadi hal yang cukup menarik untuk dipelajari. Soal jijik, belatung, dan bau yang sering kali menyurutkan niat untuk mencoba membuat kompos sendiri seharusnya tidak lagi menjadi penghalang. "Tempatnya bisa pakai apa saja, tidak perlu mahal. Komposter yang dipakai di sini dari tong plastik putih ukuran sedang. Di bagian bawah diberi lubang untuk jalan keluar air lindi. Demikian juga di sisi bagian tengah. Supaya udara bisa masuk.  

Kuncinya Membuat Kompos Yang Bagus
1. Rasio karbon / nitrogen
Campuran dari daun kering, serbuk ger­gaji, atau bahan karbon lain digabung dengan kotoran hewan, tanaman hijau, atau pupuk untuk nitrogen (approximately 4:1 by volume).
2. Adanya mikroorgansme
Didapatkan dari beberapa sekop penuh tanah kebun yang subur atau kompos.         
3. Tingkat kelembapan
Tumpukannya seharusnya mempunyai kelembabpan seperti spon yang telah diperas. Tambahkan air bila perlu.
4. Tingkat oksigen
Tumpukan kompos sebaiknya dibalik den­gan teratur agar dapat hancur lebih cepat. Membalik tumpukannya menambahkan oksigen sehingga lebih sering kamu mem­baliknya, semakin cepat ia hancur.
5. Ukuran Partikel
Semakin halus ukuran partikelnya, semakin luas daerah yang ada bagi mikroorganisme untuk bekerja. Mencacah daun-daun dan bahan yang besar mempercepat proses kompos.

Komposnya berbau seperti amonia. Kemungkinan Sebab Tak cukupnya bahan karbon dalam kompos. Pemecahan Masalah, Tambahkan bahan karbon seperti serbuk gergaji, sekam padi, daun-daunan, jerami, cacahan koran, dll. Komposnya dirubungi kecoa, lalat, atau binatang lain. Kemungkinan Sebab Bahan-bahan yang tidak tepat (daging / minyak), atau bahan-bahan tersebut terlalu dekat ke permukaan atau sisi tumpukan komposnya, Pemecahan Masalah Kubur sisa-sisa makanan ditengah tumpukan. jangan tambahkan bahan-bahan yang tak seharusnya (tulang / daging) ke komposmu. Ganti ke kerangkeng kompos.
Komposnya dirubungi serangga, kaki seribu. Ini merupakan pengkomposan yang normal, dan ba­gian dari proses alam. Bukan masalah. Komposnya dirubungi Semut Api Kemungkinan Sebab Tumpukan mungkin terlalu kering, tidak cukup hangat, dan / atau ada sisa makanan yang terlalu dekat ke permukaan. Pemecahan Masalah, Pastikan tumpukannya mempunyai campuran ba­han yang baik agar dapat menghangat, dan dijaga kelembabpannya.
Tumpukan kompos lembab dan hangat hanya di tengah tumpukannya. Kemungkinan Sebab Tumpukan kompos terlalu kecil, atau cuaca dingin telah memperlambat proses kompos. Pemecahan Masalah adalah Jika kamu cuma membuat kompos dengan cara me­numpuk, pastikan tumpukannya paling sedikit 1 meter tingginya dan 1 meter lebarnya. Dengan sistem kerang­keng kompos atau kompos segitiga, tumpukannya tak harus terlalu besar.
Tak ada apa yang terjadi. Tumpukan kompos tak terlihat menghangat sama sekali. Kemungkinan sebab:
1. Tak cukupnya bahan nitrogen
2. Tak cukupnya oksigen yang masuk ke kompos
3. Tak cukupnya kelembabpan dalam tumpukan kompos
4. Kompos sudah selesai - siap digunakan
Pemecahan Masalah
1.    Pastikan kamu punya sumber yang kaya nitrogen seperti kotoran hewan, potongan rumput atau sisa-sisa makanan.
2.    Campur aduk tumpukannya sehingga ia dapat ber­nafas, atau ganti ke sistem kerangkeng kompos atau kompos segitiga.
3.    Campur aduk tumpukannya dan siram dengan air sehingga tumpukannya lembab - tumpukan yang sangat kering tidak akan mengkompos.
Daun-daun lengket / rumput tidak terurai. Kemungkinan sebab tidak cukupnya aliran udara, dan / atau kekurangan kelembabpan. Pemecahan masalah:
1.      Hindari lapisan tebal suatu jenis bahan saja. Terlalu banyak sesuatu seperti daun, kertas atau potongan rumput tidak akan terurai dengan baik.
2.      Campur lapisan-lapisan tersebut dan aduk tumpu­kannya sehingga bahan-bahan tersebut tercampur baik.
3.      Cacah kecil-kecil bahan apapun yang besar yang tidak terurai dengan baik.
Komposnya berbau seperti mentega asam atau telur busuk, Kemungkinan Sebab tidak cukup oxygen, dan / atau tumpukan komposnya terlalu basah, atau terlalu padat. Pemecahan Masalah:
1.       Aduk tumpukannya sehingga dapat teraliri udara dan bernafas. Atau gunakan sistem kerangkeng kompos atau segitiga.
2.       Tambahkan bahan-bahan kering yang kasar sep­erti jerami, atau daun-daunan untuk menyerap kelembabpan yang berlebihan.
3.       Jika sangat bau, tambahkan bahan-bahan kering diatasnya dan tunggu sampai agak kering sedikit sebelum kamu mengaduk tumpukannya.


















BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum pembuata kompos ini adalah kotak untuk tempat kompos, cangkul, skop, garuk, terpal plastic, gombor, ember, elenmeyer, dan petridis Bahan yang digunakan dalam praktikum pembuata kompos ini adalah larutan inokulan gliokladium, larutan inokulan trichoderma, air, aquades, dan media agar (YMA).

3.2 Cara Kerja Pembuatan Kompos
Dalam praktikum ini kita membagi pembuatan kompos dengan beberapa perlakuan seperti:
  1. Control
  2. Penambahan mikroorganisme Glikodium (hijau dan putih)
  3. Penambahan mikroorganisme Trichoderma (hijau merah)
                       
·   Cara melarutkan mikroba dam pembuatan kompos
1.      Ambil trichoderma yang berada di dalam Petridish
2.      Tambahkan air ke dalam Petri untuk melarutkannya
3.      Bersihkan spora dengan alat perata, kalau bisa bersihkan seluruh isi yang barada dalam petridish tersebut dengan air yang telah di tambahkan sebelumnya.
4.      Inokulan cair dimasukan ke dalam Erlenmeyer

·         CARA MEMBUAT KOMPOS YANG BAIK
1.      Menyiapkan tempat pengomposan (kotak) yang kita gunakan untuk pengomposan. Disini kita membuat kotak dengan ukuran 75 cm x 75 cm x 100 cm yang terbuat dari bambu.
2.      Masukan sekam/kulit kopi ke dalam kotak sebanyak satu karung, kemudian langkah selanjutnya kita masukan pupuk kandang ke dalam kotak sebanyak 1 karung.
3.      Setelah itu menyiramkan inokulan cair (larutan trichoderma) sebahagian di permukaan pupuk kandang tersebut yang bertujuan untuk membantu dan mempercepat proses dekomposisi.
4.      Selanjutnya adalah memasukkan sekam padi/kulit kopi kembali ke dalam kotak sebanyak 1 karung dan di ikuti penambahan pupuk kandang kembali dan juga diikuti dengan penyiraman inokulan cair di permukaan pupuk.
5.      Terkecuali dalam perlakuan control. Dalam perlakuan control pencampuran pupuk kandang dan sekam padi ini haya di campur tanpa penambahan inokulan cair.
6.      Dalam pembuatan kompos ini kita harus membaliknya atau mengaduknya setiap seminggu sekali. Ini bertujuan agar proses dekomposisi pupuk kandang dan sekam padi/kulit kopi dapat berjalan sempurna (rata proses dekomposisinya) serta menjaga kestabilan suhu.
7.      Untuk mendukung cepatnya proses dekomposisi kita harus memperhatikan faktor pendukung proses dekomposisi bahan tersebut. Adapun faktor yang mendukung proses dekomposisi adalah sebagai berikut: kelembaban, suhu, bahan asal, tempat pengomposan,





BAB IV
PEMBAHASAN

Pembahasan
Dalam pelaksanaan praktikum ini praktikan dibagi dalam 2 kelompok. Yang pertama mendapat tugas pembuatan kompos dengan perlakuan control dimana perlakuan control ini dengan cara pembuatan kompos tanpa di campur yang lain (di tambah mikroorganisme pendekomposisi). Berarti dalam pembuatannya hanya di beri pupuk kandang, jerami/kulit kopi, pupuk kandang. Sedagkan kelompok yang lain mendapat tugas pembuatan kompos dengan penambahan bahan atau mikroorganisme pendekomposisi yang lain seperti gliocladium dan Trichoderma.
Trichoderma sp merupakan salah satu dari seian banyak jamur yang memanfaatkan selulosa sebagai sumber karbon dan energi untuk kebutuhan hidupnya (Martin, 1977). Pertumbuhan dan sporulasi gliokladium dipengaruhi oleh lingkungan. Gliocladium dapat tumbuh baik bila keadaan lingkungan menguntungkan. Temperatur optimum untuk pertumbuhan dan sporulasi G. Vinens berkisar antara 25 - 32 oC. Pertumbuhan cendawan gliocladium juga dipengaruhi oleh kemasaman media tumbuhnya. G. Vinens dikenal sebagai mikoparasit.
Praktikan mendapatkan tugas untuk membuat pengomposan dengan bantuan bakteri pendekomposisi Giocladium. Yang mana tujuan dari pengomposan ini adalah untuk membandingkan tingkat dekomposisi dari masing-masing mikroorganisme pembantu dekomposisi. Bakteri gliocaldium dalam hal ini sangat membantu dalam mampercepat proses dekomposisi bahan organik. Bakteri ini sangat baik di gunakan untuk proses dekomposisi, sebab bakteri ini sangat berperan aktif dalam mendekomposisikan bahan organik. Dalam pembuatan kompos ini praktikan harus melakukan pengamatan dan pembalikan selama 5 minggu. Setiap minggunya praktikan di tugaskan untuk membalik kompos dan menyiramnya agar kelembaban kompos dapat terjaga. Di samping itu sebenarnya kita harus memiliki data C/N rasio awal dan akhir agar kita dapat memastikan apakah kompos itu sudah matang atau belum dengan melihat C/N rasionya. Tetapi berhubung tidak ada data untuk C/N rasio kita juga dapat menggunakan indikator suhu dan warna kompos. Kompos yang telah matang biasanya suhunya sudah relatife rendah + 29 – 32 0C. sedangkan warnanya apabila sudah matang biasanya berwana hitam atau gelap.
Selanjutnya sebagai indikator apakah kompos tersebut sudah matang atau belum dapat kita lihat dari perubahan warnanya dan juga dapat di lihat dari keadaan teksturnya. Apabila bahan asal dari kompos tersebut tidak terlihat lagi maka kompos tersebut telah matang dan apabila masih terlihat bahan asalnya  maka kompos tersebut belum matang. Selain itu kita juga dapat melihat warna yang terlihat pada kompos tersebut. Apabila warna kompos telah hitam atau gelap maka kompos tersebut telah matang.












BAB V
KESIMPULAN  DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari praktikum pembuatan kompos yang telah di lakukan, maka praktikan dapat menarik kesimpulan bahwa:
  1. Mikroorganisme seperti gliocladium dan tricoderma membantu mempercepat proses dekomposisi bahan organic.
  2. Jenis mikroorganisme juga membantu dalam percepatan proses dekomposisi.
  3. Suhu, c/n rasio, warna, tekstur disini berguna sebagai indicator apakan kompos tersebut sudah matang ataukan belum.
  4. Tempat, suhu, kelembaban, jenis bahan asal yang ingin kita komposkan juga sangat mempengaruhi proses pengomposan.

5.2 Saran
Saya memiliki saran agar pada praktikum bioteknologi selanjutnya praktikan diajarkan untuk perbanyakan  mikroorganisme tanah yang lain dan di jelaskan secara mendetail dalam proses inokulasi dan mencari mikroorganisme yang lain yang bisa di gunakan untuk membantu peningkatan di sektor pertanian demi menuju pertanian organik.

Daftar pustaka
L. Napitupulu, Ester. 2006 .  Membuat Kompos di Rumah Itu Mudah
Muktamar,  Z. 2006.  Buku Pegangan Kimia Tanah. Bengkulu
 Yuwono,  Dipo. 2006.  Kompos. Penebar Swadaya Jakarta.
                              .  2007.  Membuat Kompos Segi-Tiga.www.idepfoundation.org.12, Januari, 2011.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar