Kamis, 29 September 2011

ALUMNI: DATA ALUMNI SMP N 2 SIMANINDO/ SMP NEGERI SIMARMAT...

ALUMNI: DATA ALUMNI SMP N 2 SIMANINDO/ SMP NEGERI SIMARMAT...: 1. ARLIUN SIPAYUNG Nama: ARLIUN SIPAYUNG. Alamat : PERUMAHAN KOMPLEKS PERTAMINA-LIRIK-RIAU. Asalni Huta : SINUAN-SAMOSIR. Alumn : 1983...
Nama : Lodi Sihaloho
Alamat : Jln. W.R Supratman
Asal : Tandarabun/ Lbn. Maranti
Anak ke 5 dari 5 bersaudara
Tamat SMP N2 Simarmata 2003
Masih Kuliah di Universitas Negeri Bengkulu Jurusan Ilmu Tanah

Rabu, 21 September 2011

BAKAL SKRIKSI

PENDAHULUAN
Salah satu jenis tanah yang mendominasi lahan di Indonesia ialah tanah tua atau Ultisol, yang telah mengalami pelapukan lanjut dan tingkat kesuburan yang rendah (Pujianto, 2001). Luas Ultisol di Indonesia mencapai 48,3 juta ha atau sekitar 58% dari luas lahan kering di Indonesia (Hasanudin dan Gonggo, 2004). Khususnya di Bengkulu Ultisol ini mencapai 408.495 hektar (Gusmara, 1998). 
   Pemanfaatan lahan mineral masam, khususnya Ultisol memiliki banyak kendala karena tingginya kemasaman tanah yang menyebabkan tingginya konsentrasi Al dan Fe yang bersifat racun bagi tanaman, rendahnya kandungan hara dan resistensi hara yang tinggi (Sanchez, 1992). Rendahnya kadar bahan organik yang menyebabkan sedikitnya populasi dan aktivitas mikroorganisme tanah dan rendahnya aktivitas liat yang berpengaruh pada pertukaran ion dalam tanah rendah (Hardjowigeno, 1993). Sehingga tanaman yang tumbuh pada kondisi ini, tidak mampu menyerap hara karena sistem perakaran dan unsur hara rendah (Bertham et al., 2005). Ketersediaan unsur hara pada Ultisol akan menyebabkan pertumbuhan tanaman kurang optimal dan berkaitan langsung dengan hasil yang akan diperoleh.
Banyak usaha yang dilakukan untuk dapat meningkatkan produktivitas Ultisol, seperti pengapuran dan pemberian pupuk buatan. Namun, usaha tersebut belum berhasil dengan baik (Hasanudin, 2003). Dalam hal ini perlu adanya pemupukan berimbang antara pupuk organik dan anorganik. Pemupukan berimbang adalah penambahan pupuk ke dalam tanah dengan jumlah dan jenis hara yang sesuai dengan tingkat kesuburan tanah dan kebutuhan hara oleh tanaman untuk meningkatkan produksi dan kualitas hasil komoditas pertanian. Pupuk yang direkomendasikan  dalam penelitian ini berupa pupuk organik (kompos), pupuk hayati (rhizobium dan fungi pelarut fospat) dan pupuk Kalium (K).
   Mikroba tanah yang dapat digunakan sebagai pupuk hayati, adalah Rhizobium sebagai Bakteri Penambat Nitrogen. Rhizobium sebagai penambat nitrogen memiliki manfaat bagi tanaman yang tumbuh di Ultisol. Bakteri ini memiliki pertumbuhan yang lebih cepat jika dibandingkan dengan rhizobia lainnya (Holt et al., 1994). Bakteri rhizobium hidup secara bebas dalam tanah dan dalam daerah perakaran baik pada tanaman legum dan non legum.
   Selain rhizobium, ada juga mikroba lain seperti fungi pelarut fosfat (FPF). Fosfor merupakan unsur hara pembatas pertumbuhan yang kedua setelah N. FPF dapat membantu penyerapan P dari tanah dan keunggulannya mampu memecahkan ikatan P yang diikat oleh Al dan Fe. Selain itu, FPF dan akar tanaman berpartisipasi dalam pelarutan P-anorganik melalui produksi CO2 dan asam-asam organik. Upaya untuk meningkatkan hasil produksi tidak terlepas dari pupuk anorganik, seperti halnya pupuk kalium.
Pemupukan kalium memegang peranan yang sangat penting dalam meningkatkan produksi kedelai di Ultisol. Hara kalium merupakan hara makro bagi tanaman yang dibutuhkan dalam jumlah banyak setelah N dan P. Kalium merupakan agen katalis yang berperan dalam proses metabolisme tanaman, seperti: (1) meningkatkan aktifitas enzim, (2) mengurangi kehilangan air transpirasi melalui pengaturan stomata, (3) meningkatkan produksi adenosine triphosphate (ATP),  (4) membantu translokasi, dan (5) meningkatkan serapan N dan sintesis protein (Havlin et al., 1999).
 Kedelai merupakan salah tanaman kacang-kacangan yang mempunyai kegunaan dalam kehidupan manusia baik untuk sumber protein nabati, bahan pakan ternak dan bahan baku industri (Bertham, 2002). Produksi kedelai selama lima tahun terakhir mengalami penurunan tajam karena berbagai faktor : (1) mahalnya harga pupuk buatan akibat meningkatnya harga BBM, (2) rendahnya produktivitas lahan, (3) kurang tersedianya bibit unggul dan lahan yang terbatas serta kegagalan panen (Maryanto  et al., 2002). Produktivitas kedelai nasional sendiri masih terbilang rendah yaitu, 905.015 ton dari luasan lahan 672.242 hektar yang berarti produksi nasional hanya 1,34 ton ha-1 (BPS, 2010).
Tujuan penelitian untuk meningkatkan produksi kedelai melalui pemanfaatan pupuk hayati dan pemupukan berimbang.

II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kedelai
Kedelai tergolong kedalam Kingdom: Plantae, Subkingdom : Cornobiota, Divisi : Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotiledoneae, Subkelas : Arachichlamydae, Ordo : Rosales, Subordo : Leguminosinae, Famili : Leguminosae, Subfamili : Papilioanaceae, Tribe : Phaseolae, Subtribe : Glicinae, Genus : Glycine, Subgenus : Glycine, Spesies : Glycine max (L.) Merrill (Adisarwanto, 2005). Sistem perakaran kedelai terdiri atas dua macam, yaitu akar tunggang dan akar serabut. Secara umum, akar tunggang dapat tumbuh pada kedalaman lapisan olah sekitar 30 – 50 cm dan akar serabut pada kedalaman 20 – 30 cm (Adisarwanto, 2005). Kedelai dapat membentuk bintil akar yang dapat bersimbiosis dengan bakteri. Bakteri bintil akar dapat mengikat nitrogen langsung dari udara dalam bentuk gas N2 yang kemudian dapat digunakan oleh kedelai setelah dioksidasi menjadi nitrat (NO3) (Pujianto, 2001).
Kedelai tumbuh  optimal pada suhu 30 0C saat masa perkecambahan dan 24 – 25 0C pada masa pembentukan bunga, lama penyinaran tidak melebihi batas kritis 15 jam/ hari, pH 6,8-7,0 untuk mendukung pertumbuhan kedelai dan Rhizobium pada bintil akar (Adisarwanto, 2005). Ketinggian yang cocok untuk pertumbuhan kedelai sekitar 100-1000 m di atas permukaan laut (Suprapto, 1991).
2.2 Ultisol
Ultisol merupakan  tanah mineral yang memiliki kendala karakteristik di dalam pemanfaatannya yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman (Prasetyo dan Suriadikarta, 2006). Ultisol dicirikan oleh adanya akumulasi lempung pada horizon bawah permukaan yang menyebabkan kemantapan agregat lemah (Notohadiprawiro, 1986), selain itu juga kejenuhan basa < 35% dan adanya horizon argilik, tanpa ada persyaratan lainnya (Prasetyo dan Suriadikarta, 2006) dengan pH masam hingga sangat masam, yaitu sekitar 5 – 3,5 ( Prasetyo dan Suriadikarta, 2006).
Ultisol memiliki banyak kendala karena tingginya kemasaman tanah yang menyebabkan tingginya konsentrasi Al dan Fe yang bersifat racun bagi tanaman, rendahnya kandungan hara dan resistensi hara yang tinggi (Sanchez, 1992). Sehingga tanaman yang tumbuh pada kondisi ini, tidak mampu menyerap hara karena sistem perakaran dan unsur hara rendah (Bertham et al., 2005). Ketersediaan unsur hara pada Ultisol akan menyebabkan pertumbuhan tanaman kurang optimal dan berkaitan langsung dengan hasil yang akan diperoleh.
2.3 Rhizobia
       Rhizobium memiliki pertumbuhan yang lebih cepat dari jenis rhizobia lain  (Holt et al., 1994). Di dalam pertumbuhannya, rhizobia memerlukan karbohidrat dan protein sebagai sumber C, sumber energi dan sumber N bagi pertumbuhannya yang diambil dari hasil fitosintesis tanaman inangnya (Widyawati, 2007). Karbon diperoleh mikroba dari seresah yang ada di sekitrnya (fosil). Masuknya rhizobium pada akar tanaman ketika jaringan korteks tanaman bisa ditembus oleh benang-benang dasar sehingga terjadi infeksi. Pada tempat infeksi ini akan timbul bintil akar atau nodula (Sarief, 1986). Nodul atau bintil akar tanaman kedelai pada umumnya dapat mengikat nitrogen dari udara bebas pada umur 10-12 hari setelah tanam (hst) (Adisarwanto, 2005).
       Manfaat rhizobium salah satunya, yaitu dapat mengikat nitrogen langsung dari udara dalam bentuk gas N2 yang kemudian direduksi menjadi amonium (NH­4+). Amonium diubah menjadi senyawa nitrat (NO­3-) yang kemudian menyebar pada sel-sel tanaman sekitarnya dan diangkut ke bagian-bagian lainnya (Anas, 1989). Selain mampu bersimbiosis dengan tanaman legume (kedelai), Rhizobium juga mampu berinteraksi dengan mikroba lain seperti Fungi Pelarut Fosfat.
2.4 Fungi Pelarut Fosfat
Fungi pelarut fosfat (FPF) merupakan fungi tanah yang bersifat non patogen dan termasuk dalam katagori fungi pemacu pertumbuhan tanaman. Menurut Bertham 2006 tanaman memanfaatkan P hanya sebesar 10-30% dari pupuk P yang diberikan, berarti 70-90% pupuk P tetap berada di dalam tanah. Efisiensi penggunaan pupuk P ini dapat diatasi dengan memanfaatkan mikroba pelarut P seperti fungi pelarut fosfat sebagai pupuk hayati.
2.5 Kalium
       Kekahatan kalium merupakan kendala yang sangat penting dan sering terjadi di lahan Ultisol. Masalah tersebut erat kaitannya dengan bahan induk tanah yang miskin K, hara kalium yang mudah tercuci karena KTK tanah rendah, dan curah hujan yang tinggi di daerah tropika basah sehingga K banyak tercuci. Upanya untuk meningkatkan produksi kedelai di tanah masam dapat dilakukan melalui penggelolaan tanaman yang sesuai dan manipulasi tanah yang tepat. Pemupukan Kalium memegang peran yang sangat penting dalam meningkatkan produksi kedelai di tanah ultisol. Hara kalium merupakan hara makro bagi tanaman yang dibutuhkan dalam jumlah banyak setelah N dan P. Bila ketersediaan kalium tanah rendah maka pertumbuhan tanaman terganggu dan tanaman akan memperlihatkan gejala kekahatan.
2.6 Interaksi FPF, Rhizobium dan Kalium terhadap pertumbuhan tanaman kedelai
       Ultisol memiliki banyak kendala karena tingginya kemasaman tanah yang menyebabkan tingginya konsentrasi Al dan Fe yang bersifat racun bagi tanaman, rendahnya kandungan hara dan resistensi hara yang tinggi (Sanchez, 1992). Tingginya konsentrasi Al dan Fe pada ultisol menyebabkan tumbuh pada tanah ini tidak mampu menyerap sebagian unsur hara karena keterbatasan sistem perakaran khususnya kedelai. Tanaman legum membentuk suatu simbiosis mutalisme dalam menfiksasi N2 bebas dari atmosfir dengan rhizobium atau Fungi Pelarut Fosfat (FPF) untuk mendapatkan hara P dari dalam tanah yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhannya (Bertham et al., 2005).
Rhizobium dan FPF dikenal sebagai dua jenis mikroba tanah yang bersimbiosis dengan akar tanaman legum, khususnya kedelai. Simbiosis FPF dan Rhizobium pada akar kedelai pada umumnya bersinergi meningkatkan pertumbuhan dan hasil kedelai. Rhizobium bertugas mengikat N2 dari atmosfir bebas (Bertham et al., 2005), sedangkan hifa FPF memfasilitasinya dengan peningkatan serapan ion, khususnya fosfat, sehingga dapat mengurangi penggunaan pupuk anorganik (Arsyad, 2007).
Pupuk anorganik seperti Kalium merupakan hara makro bagi tanaman yang dibutuhkan dalam jumlah banyak setelah N dan P. kebutuhan pupuk K untuk tanaman kedelai adalah 110 kg KCl/ha dan 10 kg KCl/ha masing-masing untuk kelas hara rendah dan tinggi (Nursyamsi dan Sutriadi, 2005).

III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni – Agustus 2011 di Desa Medan Baru, Kota Bengkulu, Provinsi Bengkulu. Pengukuran di laboratorium untuk bobot kering, analisis tanah dan jaringan tanaman di Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.
3.2 Alat dam Bahan
Bahan yang digunakan kedelai genotipe 25EC merupakan hasil rakitan yang bersifat umum tahan P rendah dan kemasaman tinggi. Isolat Rhizobium merupakan hasil perbanyakan dari penelitian sebelumnya, yaitu TER dan KLR. Isolat fungi pelarut fosfat diisolasi dari rhizosfir tanaman kedelai dan kemudian diperbanyak menggunakan media pikovkaya. Sedangkan alat yang digunakan antara lain : cangkul, ajir, timbangan Ohaus, plastik, oven, autoclap, shaker, pH meter, gembor dan alat-alat lainnya yang menunjang analisis tanah dan jaringan tanaman.
3.3 Pelaksanaan Penelitian
Persiapan lahan diawali dengan pembersihan lahan dari gulma dengan menggunakan cangkul. Tanah dibersihkan dari rerumputan untuk kemudian diolah sebagaimana biasa dilakukan untuk budidaya tanaman kedelai. Pada lahan tersebut disiapkan tiga blok yang dipisahkan dengan jarak 0,5 m dan jarak antar petak 0,3 m. Setiap satuan percobaan/ petak berukuran 2 m x 2 m, setiap petak terdiri dari 6 baris dengan 6 tanaman, tiap baris atau jarak tanam 30 cm x 30 cm sehingga setiap petak terdiri dari 36 tanaman.
Inokulan fungi pelarut fosfat dibuat dengan mencampur kultur murni fungi pelarut fosfat terpilih dan inokulan rhizobium yang didapat dari hasil penelitian sebelumnya. Benih kedelai tersebut kemudian dimasukkan ke lubang tanam serta inokulan FPF dan rhizobium di teteskan satu tetes ke setiap lubang tanam.
Pengambilan sampel tanah untuk analisis awal dilakukan secara komposit yaitu dengan mengambil sampel tanah sebanyak 1 kg yang kemudian dikering anginkan lalu digerus dan diayak pada saringan 2 mm dan 0,5 mm. Analisis awal tanah meliputi pengukuran pH H2O dan KCl (pH meter) dengan menggunakan metode elektrometrik, N-total dengan metode kjeldahl, P-tersedia dengan metode BrayI, K dengan metode fotometer nyala, Al-dd dengan metode Oksalat, KTK dengan metode distilasi, kadar bahan organik dengan metode Walkley and Black. Seminggu sebelum tanam seluruh perlakuan diberi kapur 200 kg/ha. Pada saat tanam diberi pupuk KCl dan bahan organik (kompos) sesuai dengan perlakuan.
Pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman, penyulaman, penjarangan, pembersihan gulma, pemberantasan hama dan penyakit tanaman, serta pemupukan. Penyiraman akan dilakukan setiap hari untuk menjaga kelembaban tanah dan kekurangan air pada pertumbuhan tanaman. Penyulaman akan dilakukan pada tanaman yang mati setelah 1 minggu tanam (MST) dan penjarangan akan dilakukan 2 MST.
Pertumbuhan gulma diatasi secara manual dengan cara mencabut setiap gulma yang tumbuh dan kemudian dibenamkan ke dalam tanah. Penanggulangan hama dan penyakit tanaman selama penelitian ini berlangsung dengan menggunakan pestisida (Curacron) yang dilakukan sebanyak 3 kali yaitu pada saat umur 30, 50, 70 hari setelah tanam.
3.4  Panen dan Pengamatan
       Pemanenan dilakukan pada akhir fase vegetatif dan pada akhir fase generatif. Saat panen diambil secara acak 3 (tiga) contoh tanaman sampel setiap petak untuk dianalisis. Pemanenan akhir fase vegetatif dilaksanakan saat umur tanaman 38 HST yaitu atau saat 10% dari populasi tanaman sudah berbunga. Tanaman dikeringkan dalam oven pada suhu 70 0C selama 48 jam (2hari) dan kemudian ditimbang bobotnya.
       Langkah selanjutnya yaitu menggerus tanaman (akar, batang dan daun) yang telah dikering oven untuk menganalisis kadar hara N, P dan K. kadar hadar hara N diukur dengan metode Kjeldahl, hara P diukur dengan metode pewarna biru molibden, sedangkan hara K diukur dengan menggunakan metode fotometer nyala. Penelitian ini diakhiri pada fase generatif yaitu pada saat tanaman sudah menguning total dan dilakukan pengamatan terhadap jumlah polong, jumlah biji dan bobot kering biji perpetak.
3.5 Rancangan percobaan dan analisis data.
       Percobaan ini menggunakan rancangan split plot dengan rancangan dasar acak kelompok lengkap. Sebagai petak utama adalah dengan bahan organik (kompos) di mana O0 (tanpa kompos), O1 (0,5 ton. ha-1), O2 (1 ton. ha-1), O3 (1,5 ton. ha-1) dan anak petak dengan menggunakan pupuk Kalium terdiri dari K0 (tanpa kalium), K1 (25 kg. ha-1), K2 (50 kg. ha-1), K3 ( 75 kg. ha-1), K4 (100 kg. ha-1). Perlakuan ini ada 20 petak diulang tiga kali, sehingga didapat 60 petak percobaan.
       Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan Uji Duncan serta hubungan antar peubah dianalisis menggunakan model korelasi regresi.













Jumat, 03 Juni 2011

PELARUT POSFAT
PENDAHULUAN
Mikroba atau mikroorganisme merupakan jasad hidup yang mempunyai ukuran sangat kecil. Setiap sel tunggal mikroorganisme memiliki kemampuan untuk melangsungkan aktivitas kehidupan antara lain dapat dapat mengalami pertumbuhan, menghasilkan energi dan bereproduksi dengan sendirinya.
Mikroorganisme memiliki fleksibilitas metabolisme yang tinggi karena mikroorganisme ini harus mempunyai kemampuan menyesuaikan diri yang besar sehingga apabila ada interaksi yang tinggi dengan lingkungan menyebabkan terjadinya konversi zat yang tinggi pula. Akan tetapi karena ukurannya yang kecil, maka tidak ada tempat untuk menyimpan enzim-enzim yang telah dihasilkan. Dengan demikian enzim yang tidak diperlukan tidak akan disimpan dalam bentuk persediaan.enzim-enzim tertentu yang diperlukan untuk perngolahan bahan makanan akan diproduksi bila bahan makanan tersebut sudah ada.
Mikroorganisme ini juga tidak memerlukan tembat yang besar, mudah ditumbuhkan dalam media buatan, dan tingkat pembiakannya relative cepat. Oleh karena aktivitasnya tersebut, maka setiap mikroorganisme memiliki peranan dalam kehidupan, baik yang merugikan maupun yang menguntungkan.
Sekilas, makna praktis dari mikroorganisme disadari tertutama karena kerugian yang ditimbulkannya pada manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan. Misalnya dalam bidang mikrobiologi kedokteran dan fitopatologi banyak ditemukan mikroorganisme yang pathogen yang menyebabkan penyakit dengan sifat-sifat kehidupannya yang khas. Walaupun di bidang lain mikroorganisme tampil merugikan, tetapi perannya yang menguntungkan jauh lebih menonjol.

Hal ini dapat kita lihat pada tanaman legume yang bersimbiosis dengan mikroba yaitu rhizobium. Simbiosis ini berlangsung secara mutualistik di mana ke dua belah pihak saling beruntung dalam kelangsungan hidup masing-masing. Seperti kita ketahui bahwa mikroba ini dapat membantu menyediakan hara bagi tanaman dan tanaman memberikan karbon sebagai sumber energi bagi mikroba ini. Secara tidak langsung mikroba ini telah ikut membantu manusia dalam proses penyediaan hara bagi tanaman dan membantu mem perbaiki sifat-sifat tanah.
Dengan perbaikan sifat-sifat tanah tersebut, maka tanaman akan tumbuh dengan baik sehingga mampu memenuhi kebutuhan manusia dengan produksi yang optimal seperti halnya kebutuhan akan sumber protein nabati terutama tanaman legum.



METODE
Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah : Petridis, Erlenmeyer, mikroskop, gelas arloji, ayakan, pengaduk dan lain sebagainya.
Sedangkan bahan yang digunakan adalah : air sebagai pencuci bintik akar dan larutan CR dan KLB.
Cara Kerja
1. Diambil tanah dari daerah rhizosfir, kemudian ditimbang 400 gr dicampur dengan air 1 literr pada gelas beaker ukuran 2 liter.
2. Kemudian diaduk hingga homogeny dengan batang pengaduk selama 20 menit.
3. Setelah homogeny didiamkan selama 10 menit untuk mendapatkan lapisan larutan tanah yang jernih pada lapisan atas.
4. Kemudian lapisan atas yang jernih disaring dengan ayakan 150 µm dan 46 µm.
5. Hasil keduan ayakan dimasukkan kedalam botol film, lalu diteteskan pada media pikovskaya yang sudah tersedia pada cawan petri dan diratakan menggunakan alat bentuk T.
6. Setelah selesai cawan petri dibungkus kembali dengan kerta, lalu dimasukkan kedalam incubator
7. Selanjutnya dilakukan pengamatan pertumbuhan Jamur atau Bakteri pelarut pospatnya.

HASIL PENGAMATAN


Bakteri pelarut fosfat (BPF) dapat diisolasi dengan menggunakan media spesifik Pikovskaya. Bakteri yang dapat tumbuh dan berkembang pada media Pikovskaya merupakan Bakteri Pelarut Fosfat (BPF). Ciri dari terisolasinya bakteri pelarut fosfat pada media Pikovskaya adalah ditemukannya bakteri yang tumbuh pada media dengan disekitarnya berwarna bening atau terbentuk zona bening. Zona bening mencirikan bahwa bakteri tersebut mampu melarutkan fosfat dari bentuk kalsium fosfat yang digunakan dalam media Pikovskaya.
Isolat bakteri dan actinomicetes biasanya segera tumbuh pada umur 2 – 3 hari, sedangkan fungi baru mulai tumbuh setelah 1 – 2 minggu.
Peran mikroba tanah dalam siklus berbagai unsur hara di dalam tanah sangat penting, sehingga bila salah satu jenis mikroba tersebut tidak berfungsi maka akan terjadi ketimpangan dalam daur unsur hara di dalam tanah. Ketersediaan unsur hara sangat berkaitan dengan aktivitas mikroba yang terlibat di dalamnya.
Organisme (mikroorganisme) tanah penting dalam kesuburan tanah karena
1. berperan dalam siklus energi
2. berperan dalam siklus hara
3. berperan dalam pembentukan agregat tanah
4. menentukan kesehatan tanah (suppressive / conducive terhadap munculnya penyakit terutama penyakit tular tanah-soil borne pathogen)

Keuntungan memanfaatkan mikrobia ini adalah
1. Tidak mempunyai bahaya atau efek sampingan
2. Efisiensi penggunaan yang dapat ditingkatkan sehingga bahaya pencemaran lingkungan dapat dihindari
3. Harganya yang relatif murah
4. Teknologinya yang sederhana




KESIMPULAN
 Ciri dari terisolasinya bakteri pelarut fosfat pada media Pikovskaya adalah ditemukannya bakteri yang tumbuh pada media dengan disekitarnya berwarna bening atau terbentuk zona bening.
 Isolat bakteri dan actinomicetes biasanya segera tumbuh pada umur 2 – 3 hari, sedangkan fungi baru mulai tumbuh setelah 1 – 2 minggu.
DAFTAR PUSTAKA
RHIZOBIUM
PENDAHULUAN
Bentuk atau komponen N di atmosfir dapat berbentuk ammonia (NH3), molekul nitrogen (N2), dinitrit oksida (N2O), nitrogen oksida (NO), nitrogen dioksida (NO2), asam nitrit (HNO2), asam nitrat (HNO3), basa amino (R3-N) dan lain-lain dalam bentuk proksisilnitri. Dalam telaah kesuburan tanah proses pengubahan nitrogen dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu mineralisasi senyawa nitrogen komplek, amonifikasi, nitrifikasi, enitrifikasi, dan volatilisasi ammonium.
Sejumlah organisme mampu melakukan fiksasi N dan N-bebas akan berasosiasi dengan tumbuhan. Senyawa N-amonium dan N-nitrat yang dimanfaatkan oleh tumbuhan akan diteruskan ke hewan dan manusia dan kembali memasuki sistem lingkungan melalui sisa-sisa jasad renik. Proses fiksasi memerlukan energi yang besar, dan enzim (nitrogenase) bekerja dan didukung oleh oksigen yang cukup.
Kedua faktor ini sangat penting dalam memindahkan N-bebas dan sedikit simbiosis oleh organisme. Nitrogenase mengandung protein besi-belerang dan besi-molibdenum, dan mereduksi nitrogen dengan koordinasi dan transfer elektron dan proton secara kooperatif, dengan menggunakan MgATP sebagai sumber energi. Karena pentingnya reaksi ini, usaha-usaha untuk mengklarifikasi struktur nitrogenase dan mengembangkan katalis artifisial untuk fiksasi nitrogen telah dilakukan secara kontinyu selama beberapa tahun.
Baru-baru ini, struktur pusat aktif nitrogenase yang disebut dengan kofaktor besi-molibdenum telah ditentukan dengan analisis kristal tunggal dengan sinar-X. Nitrogen organik diubah menjadi mineral N-amonium oleh mikroorganisasi dan beberapa hewan yang dapat memproduksi mineral tersebut seperti : protozoa, nematoda, dan cacing tanah. Serangga tanah, cacing tanah, jamur, bakteri dan aktinbimesetes merupakan biang penting tahap pertama penguraian senyawa N-organik dalam bahan organic dan senyawa N-kompleks lainnya.
Semua mikroorganisme mampu melakukan fiksasi nitrogen, dan berasosiasi dengan N-bebas yang berasal dari tumbuhan. Nitrogen dari proses fiksasi merupakan sesuatu yang penting dan ekonomis yang dilakukan oleh bakteri genus Rhizobium dengan tumbuhan Leguminosa termasuk Trifollum spp, Gylicene max (soybean), Viciafaba (brand bean), Vigna sinensis (cow-pea), Piscera sativam (chick-pea), dan Medicago sativa (lucerna). Bakteri dalam genus Rhizobium merupakan bakteri gram negatif, berbentuk bulat memanjang, yang secara normal mampu memfiksasi nitrogen dari atmosfer.
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengamati efektivitas mikro pada biltil akar tanaman legume khususnya kacang tanah.














METODE
Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah : Petridis, Erlenmeyer, mikroskop, gelas arloji, ayakan, pengaduk dan lain sebagainya.
Sedangkan bahan yang digunakan adalah : air sebagai pencuci bintik akar dan larutan agar, alkohol dan spritus.
Cara Kerja
1. Dibersihkan bintil akar dari tanah dengan air yang mengalir agar bintil akar terlihat jelas.
2. Sediakan gelas arloji untuk tempat pelumatan bintil akar yang ditambahkan alkohol secukupnya. Alkohol ini bertujuan untuk mencegah adanya kontaminasi dari lingkungan.
3. Lembutkan bintil akar dengan batang pengaduk sampai halus, kemudian masukkan kedalan cawan petri seteted dengan pipit tetes, dimana cawan petri sebelumnya sudah berisi media agar.
4. Cawan petri ada empat dua untuk melihat aktivitas bakteri dan dua untuk jamur dengan media agar yang berbeda,,,warna merah untuk jamur dan hijau untuk bakteri.
5. Lakukan pekerjaan ini di dalam ruang tertutup agar kondisi lingkungan tidak berpengaruh dan selalu didekatkan dengan lampu spritus agar terhindar dari pengaruh kontaminasi.
6. Kemudian bungkus kembali cawan petri dengan kertas dan masukkan kedalam inkubator dan di amati seminggu kemudian.

PEMBAHASAN
Umumnya bakteri ini ditemukan pada nodul akar tanaman leguminosae. Rhizobium berasal dari dua kata yaitu Rhizo yang artinya akar dan bios yang berarti hidup. Rhizobium adalah bakteri yang bersifat aerob, bentuk batang, koloninya berwarna putih berbentuk sirkular, merupakan penambat nitrogen yang hidup di dalam tanah dan berasosiasi simbiotik dengan sel akar legume, bersifat host spesifik satu spesies.
Rhizobium cenderung membentuk nodul akar pada satu spesies tanaman legume saja. Bakteri Rhizobium adalah organotrof, aerob, tidak berspora, pleomorf, gram negatif dan berbentuk batang. Bakteri rhizobium mudah tumbuh dalam medium pembiakan organik khususnya yang mengandung ragi atau kentang. Pada suhu kamar dan pH 7,0 – 7,2. Morfologi Rhizobium dikenal sebagai bakteroid.
Rhizobium menginfeksi akar leguminoceae melalui ujung-ujung bulu akar yang tidak berselulose, karena bakteri Rhizobium tidak dapat menghidrolisis selulose. Rhizobium yang tumbuh dalam bintil akar leguminoceae mengambil nitrogen langsung dari udara dengan aktifitas bersama sel tanaman dan bakteri, nitrogen itu disusun menjadi senyawaan nitrogen seperti asam-asam amino dan polipeptida yang ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan, bakteri dan tanah disekitarnya.
Baik bakteri maupun legum tidak dapat menambat nitrogen secara mandiri, bila Rhizobium tidak ada dan nitrogen tidak terdapat dalam tanah legum tersebut akan mati. Bakteri Rhizobium hidup dengan menginfeksi akar tanaman legum dan berasosiasi dengan tanaman tersebut, dengan menambat nitrogen.


Simbiosis bakteri dan akar tanaman bentuk biltil akar setelah dicabut

Bintil akar setelah dicuci dengan air rhizobium dalam akar

KESIMPULAN
 Rhizobium menginfeksi akar leguminoceae melalui ujung-ujung bulu akar yang tidak berselulose.
 Rhizobium cenderung membentuk nodul akar pada satu spesies tanaman legume.
 Proses fiksasi memerlukan energi yang besar, dan enzim (nitrogenase) bekerja dan didukung oleh oksigen yang cukup.

DAFTAR PUSTAKA
http://pocongkesurupan.blogspot.com/2009/12/bakteri-rhizobium-leguminosarum-dan.html. diakses 25 Mei 2011.

Kamis, 05 Mei 2011

BAKTERI PEMFIKSASI N2

BAKTERI FRANKIA
Frankia yang merupakan kelompok mikrobia bakteri gram positif, dan memiliki filamen, dikelompokkan secara terpisah dalam kelompok Actinomycetes (Madigan et al, 2000). Beberapa contoh tanaman non legum yang berasosiasi dengan Frankia untuk penyediaan N antara lain Alnus, Casuarina, Elaeagnus, Myrica, Corlaria, dan beberapa jenis tanaman Actinorhizal lainnya (Benson, 1993). Untuk kebutuhan lebih lanjut, Frankia dapat diisolasi dan dikembangkan untuk diketahui kuantitas dan kualitas kemampuan simbiotiknya dengan tanaman non legum lainnya.
Pengukuran fiksasi nitrogen dalam bintil akar secara umum dan yang sering dilakukan adalah dengan metode eksperimen jangka panjang dengan inokulasi pada tanaman. Pengamatan didasarkan pembentukan bintil akar dan tingkat efektifitasnya dengan pengukuran berat kering akar, melalui pengecatan akar. Pengamatan lebih lanjut mengenai tingkat fiksasi nitrogen pada akar adalah dengan pengukuran N total tanaman dari tanaman yang membentuk bintil dengan tanaman yang tidak membentuk bintil pada perakarannya. (Rao, 1982).
Enzim nitrogenase, selain mereduksi N2 menjadi NH3, dapat mereduksi senyawa-senyawa tertentu lainnya seperti asetilen. Uji ini di dasarkan atas reduksi C2H2 menjadi C2H4 yang dikatalis oleh enzim nitrogenase (Rao, 1986). Kepekaan metode yang berdasarkan gas kromatografi ini dapat mendeteksi ativitas nitrogenase sampai pada tingkat yang paling rendah. Kepekaan metode ARA ini bermanfaat untuk pengamatan penambatan N2 dengan gas. Reaski reduksi N2 menjadi ammonia adalah :
N2 + 8H+ + 8e- 2NH3 + H2
Sedangkan konversi asetilena menjadi etilena terjadi melalui reaksi :
C2H2 + 2H+ + 2e- C2H4
Reduksi N2 memerlukan 8 elektron, sedangkan reduksi asetilena memerlukan dua electron. Sehingga reduksi empat molekul asetilena sama dengan reduksi satu molekul N2. Nisbah yang dihasilkan dari pengukuran metode ARA , asetilena yang dirduksi terhadap nitrogen yang dihambat adalah 4 : 1 (Hairiah, 2005). Bagian yang diujikan pada pengukuran ARA ini meliputi bagian akar tanaman, baik yang telah membentuk akar atau belum siap membentuk akar.
Gambar Frankia
Secara umum proses pengukuran dengan metode ARA adalah sebagai berikut; sampel yang akan diuji diinokulasikan dalam botol serum, ataupun wadah yang tepat dengan asetilena C2H2 yang dimurnikan dalam temperatur, periode inkubasi dan penyinaran yang baku. Pada akhir inkubasi, gas dari wadahnya di buang untuk analisis etilen C2H4 dengan pemisahannya melalui gas kromatografi yang diikuiti dengan deteksi oleh ionisasi cahaya atau kalorimetri. Setelah koreksi untuk sejumlah kecil C2H2 yang ada sebagai ketidak murnian dalam jumlah C2H4 yang tercatat, jumlah reduksi nitrogen yang terfiksasi ditentukan oleh seampai sejauh mana terjadi reduksi C2H2 menjadi C2H4. mol N2 yang terfiksasi diperoleh dengan membagi mol C2H2 yang tereduksi menjadi C2H4 dengan angka 4. Angka ini didasarkan atas rasio (nisbah) elektron untuk mereduksi asetilen dan nitrogen. (Madigan et al,2000).
Pengujian ARA untuk efektifitas infeksi Frankia dapat memalui nodul akar beberapa tanaman seperti Casuarina equisetifolia (sengon laut) yang biasanya tumbuh pada kondisi tanah dengan stress garam tinggi. Pengukuran infeksi Frankia dilakukan untuk mengetahui efektifitasnya sehingga dapat dikembangkan penggunaannya untuk peningkatan nitrogen tersedia bagi tanaman yang dibudidayakan pada daerah stress garam tinggi, atau lahan reklamasi tambang.
Gambar : Isolasi Bakteri Frankia
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sasakawa dkk pada tahun 2002 di Universitas Okayama, Jepang. Efektifitas infeksi bakteri Frankia pada nodul akar tanaman Casuarina equisetifolia menggunakan metode ARA diperoleh hasil 6.29 + 1.57 µmol/berat kering nodul/jam. Dibandingkan efektifitas infeksi bakteri Frankia pada nodul akar tanaman Alnus sieboldiana, menunjukkan besar reduksi 1.91 + 0.61 µmol/berat kering nodul/jam Hasil pengukuran efektifitas infeksi bakteri Frankia pada nodul akar tanaman satu dengan yang lain akan bervariasi tergantung pda beberapa factor antara lain, morfologi nodul akar tanaman, respon akar tanaman pada bakteri Frankia, kondisi temperatur inkubasi, serta kemampuan fiksasi N pada masing-masing nodul akar.
Metode pengukuran ARA ini cenderung lebih mudah dilakukan karena terlepas dari pengamatan monekuler dari suatu sistem sel. Pengukuran metode ARA ini banyak diterapkan untuk pengukuran fiksasi N pada suatu sistem yang kurang diketahui lebih lanjut. Hasil yang ditunjukan dengan sejumlah etilen yang merupakan hasil reduksi dari acetylene dapat disetarakan secara pasti dengan reduksi nitrogen pada proses fiksasi nitrogen yang dilakukan akar tanaman. Dibandingkan dengan metode pengikuran fiksasi N dengan metode penggunaan 15N, metode ARA ini cenderung lebih murah dan dapat dilakukan secara berkala atau dengan waktu periode pengukuran yang ditentukan. (Madigan et al, 2000)

REFRENSI

Hanafiah, K.A. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta


.

Jumat, 22 April 2011

konversi


Konversi Satuan Ukuran Berat, Panjang, Luas dan Isi

Berikut ini adalah satuan ukuran secara umum yang dapat dikonversi untuk berbagai keperluan sehari-hari yang disusun berdasarkan urutan dari yang terbesar hingga yang terkecil :

lokasi pantai Bengkulu

km = Kilo Meter
hm = Hekto Meter
dam = Deka Meter
m = Meter
dm = Desi Meter       
cm = Centi Meter
mm = Mili Meter
A. Konversi Satuan Ukuran Panjang
Untuk satuan ukuran panjang konversi dari suatu tingkat menjadi satu tingkat di bawahnya adalah dikalikan dengan 10 sedangkan untuk konversi satu tingkat di atasnya dibagi dengan angka 10. Contoh :
- 1 km sama dengan 10 hm
- 1 km sama dengan 1.000 m
- 1 km sama dengan 100.000 cm
- 1 km sama dengan 1.000.000 mm
- 1 m sama dengan 0,1 dam
- 1 m sama dengan 0,001 km
- 1 m sama dengan 10 dm
- 1 m sama dengan 1.000 mm
B. Konversi Satuan Ukuran Berat atau Massa
Untuk satuan ukuran berat konversinya mirip dengan ukuran panjang namun satuan meter diganti menjadi gram. Untuk satuan berat tidak memiliki turunan gram persegi maupun gram kubik. Contohnya :
- 1 kg sama dengan 10 hg
- 1 kg sama dengan 1.000 g
- 1 kg sama dengan 100.000 cg
- 1 kg sama dengan 1.000.000 mg
- 1 g sama dengan 0,1 dag
- 1 g sama dengan 0,001 kg
- 1 g sama dengan 10 dg
- 1 g sama dengan 1.000 mg
C. Konversi Satuan Ukuran Luas
Satuan ukuran luas sama dengan ukuran panjang namun untuk mejadi satu tingkat di bawah dikalikan dengan 100. Begitu pula dengan kenaikan satu tingkat di atasnya dibagi dengan angka 100. Satuan ukuran luas tidak lagi meter, akan tetapi meter persegi (m2 = m pangkat 2).
- 1 km2 sama dengan 100 hm2
- 1 km2 sama dengan 1.000.000 m2
- 1 km2 sama dengan 10.000.000.000 cm2
- 1 km2 sama dengan 1.000.000.000.000 mm2
- 1 m2 sama dengan 0,01 dam2
- 1 m2 sama dengan 0,000001 km2
- 1 m2 sama dengan 100 dm2
- 1 m2 sama dengan 1.000.000 mm2
D. Konversi Satuan Ukuran Isi atau Volume
Satuan ukuran luas sama dengan ukuran panjang namun untuk mejadi satu tingkat di bawah dikalikan dengan 1000. Begitu pula dengan kenaikan satu tingkat di atasnya dibagi dengan angka 1000. Satuan ukuran luas tidak lagi meter, akan tetapi meter kubik (m3 = m pangkat 3).
- 1 km3 sama dengan 1.000 hm3
- 1 km3 sama dengan 1.000.000.000 m3
- 1 km3 sama dengan 1.000.000.000.000.000 cm3
- 1 km3 sama dengan 1.000.000.000.000.000.000 mm3
- 1 m3 sama dengan 0,001 dam3
- 1 m3 sama dengan 0,000000001 km3
- 1 m3 sama dengan 1.000 dm3
- 1 m3 sama dengan 1.000.000.000 mm3
Cara Menghitung :
Misalkan kita akan mengkonversi satuan panjang 12 km menjadi ukuran cm. Maka untuk merubah km ke cm turun 5 tingkat atau dikalikan dengan 100.000. Jadi hasilnya adalah 12 km sama dengan 1.200.000 cm. Begitu pula dengan satuan ukuran lainnya. Intinya adalah kita harus melihat tingkatan ukuran serta nilai pengali atau pembaginya yang berubah setiap naik atau turun tingkat/level.
Satuan Ukuran Lain :
A. Satuan Ukuran Panjang
- 1 inch / inchi / inc / inci = sama dengan = 25,4 mm
- 1 feet / ft / kaki = sama dengan = 12 inch = 0,3048 m
- 1 mile / mil = sama dengan = 5.280 feet = 1,6093 m
- 1 mil laut = sama dengan = 6.080 feet = 1,852 km
1 mikron = 0,000001 m
1 elo lama = 0,687 m
1 pal jawa = 1.506,943 m
1 pal sumatera = 1.851,85 m
1 acre = 4.840 yards2
1 cicero = 12 punt
1 cicero = 4,8108 mm
1 hektar = 2,471 acres
1 inchi = 2,45 cm
B. Satuan Ukuran Luas
- 1 hektar / ha / hekto are = sama dengan = 10.000 m2
- 1 are = sama dengan = 1 dm2
- 1 km2 = sama dengan = 100 hektar
C. Satuan Ukuran Volume / Isi
1 liter / litre = 1 dm3 = 0,001 m3
Lokasi Dermaga Pulau Baay
D. Satuan Ukuran Berat / Massa
- 1 kuintal / kwintal = sama dengan = 100 kg
- 1 ton = sama dengan = 1.000 kg
- 1 kg = sama dengan = 10 ons
- 1 kg = sama dengan = 2 pounds